Monday, October 27, 2008

Bicara Minyak - No Conventional Wisdom Anymore

Berapa bulan yang lalu saya menulis soal harga minyak siapa yang mengatur dimana pada saat itu harga minyak tengah terbang ke wilayah harga tertinggi di 2008. Seperti sering diungkapkan banyak pihak, bila harga melonjak setinggi langit maka bukan tidak mungkin harga tersebut akan kembali turun, menukik dan terdampar di batasan terendah. Tampaknya hal tersebut tengah terjadi di harga minyak dunia.

Harga minyak telah turun lebih dari 50 persen berbanding harga tertinggi yang sempat diprediksikan melonjak ke USD 200. OPEC berusaha mengantisipasi penurunan harga minyak dengan mencoba mengurangi pasokan produksi ke pasar. Apa perlunya OPEC mengintervensi harga minyak pada saat harga turun? Mengapa pada saat harga tinggi, OPEC tidak mencoba membanjiri pasar dengan produksi tambahan? Apakah tindakan OPEC tersebut akan membawa kenaikan harga minyak? Bila toh harga naik, seberapa besar? Bila dasar pemikiran OPEC adalah menurunnya permintaan pasar akibat terjadinya distorsi pada sektor produksi pengguna minyak, maka seharusnya hal tersebut sudah terlihat beberapa bulan yang lalu saat ekonomi US mulai tergulung ke bawah.

Saya percaya bahwa volatilitas harga minyak saat ini lebih disebabkan labilnya situasi pasar keuangan yang memang sangat terkait dengan pasar komoditas dan minyak. Ini bukan masalah permintaan dan penawaran yang dapat dijustifikasi secara matematis murni. Saya tidak yakin bila penurunan produksi dan pemakaian bahan bakar minyak dunia setara dengan penurunan harga minyak yang telah lebih dari 50 persen. Bahkan selepas keputusan OPECpun harga minyak masih terus tergerus. Apakah OPEC akan kembali memotong produksi mereka pada pertemuan Desember mendatang?

Saya setuju bahwa kontribusi melemahnya perekonomian global turut berperan membawa harga minyak turun. Pertanyaan saya, manakah yang lebih dominan dalam melemahkan harga minyak - apakah volatilitas pasar keuangan atau melemahnya permintaan?

Lepas dari permasalahan di atas, saya melihat bahwa perlu adanya batasan terhadap mekanisme dan dinamika harga di pasar keuangan dan komoditas. Semua yang tidak mengenal pembatasan pada akhirnya akan menimbulkan distorsi pada mekanisme pembentukan harga di pasar tersebut. Sederhana, karena ada sifat manusia yang diidentifikasi dengan kata SERAKAH. Perlu batasan jelas untuk mengendalikan sifat tersebut.

3 comments:

Unknown said...

menarik sekali pak. "Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai" akhirnya kejadian juga ya pak. hehe.

Tikno said...

Yang membuat pusing banyak orang adalah para "GAMBLER" yang bermain di bandar-bandar judi "DERIVATIVE". Bagaikan "bug" dalam system komputer, yang kadang menyebabkan komputer "hang" dan membuat kita jengkel. Di sana uang mengalir dan terbang bagai angin tapi efek dominonya ikut menggangu sektor RIIL (yang juga saya rasakan sekarang), bahkan memaksa banyak negara di dunia menggunakan uang publik "HANYA" untuk menyelamatkan "angka-angka".

Barusan saya membuat posting juga "HANYA" untuk menerbangkan rasa jengkel saya.

speculator's god said...

minyak?? bandar pemain minyak . T.boone pickens saja kalah banyak , kalo ngak salah porfolionya turun sampai 60 %, jadi siapa yang di untungkan ??