Saturday, April 26, 2008

Bursa Efek Indonesia (Masih) Tahan Banting?

Akhirnya datang juga kesempatan dan waktu yang cukup untuk kembali berkutat dengan blog ini. Seminggu terakhir ini rasanya susah mencari waktu yang pas untuk sekedar membaca berbagai analisis apalagi untuk membuat satu artikel. Ada sekeranjang penuh alasan yang menyebabkan blog ini terlantar beberapa hari. Tinggal pilih. Malas? Mungkin begitu adanya apalagi pada saat energy yang tersedia sudah minim dikuras oleh kesibukan sepanjang pagi sampai dengan tengah malam.

Update pertama yang paling seru tentu saja soal indeks bursa kita yang seakan tidak berdaya dan kelihatan semakin lunglai dalam seminggu terakhir. Ada dua artikel terdahulu yang sebaiknya dibaca sebagai referensi dari postingan ini. Pertama adalah "Bursa Efek Indonesia Tahan Banting?" yang ditulis pada akhir January sesaat setelah terjadi kontraksi di seluruh bursa saham dunia. Kedua adalah "Arah Langkah BEI di Q208: Predictable Bust or Soft Landing?" ditulis 9 April yang lalu setelah IMF menerbitkan laporan terbaru mengenai krisis keuangan global 2008. Keduanya memberikan analisis singkat terhadap situasi BEI dengan mengacu pada global factors dan juga local factors.



Grafik diatas memperlihatkan perbandingan gerak indeks Dow, Nikkei, Hang Seng, Strait Times Singapore dan BEI. Disini terlihat bahwa dari awal January 2008 sampai dengan akhir Maret 2008, empat bursa Asia tersebut memiliki response yang sama terhadap gejolak yang terjadi di bursa US bahkan kinerja BEI pada akhir February jauh lebih bagus dibanding ketiga lainnya. Indeks BEI berada pada posisi naik tipis dari dibanding awal January sedang ketiga lainnya turun antara 4% sampai 12%.

Namun demikian, keadaan menjadi terbalik di Q208, pada posisi penutupan Jumat lalu, Nikkei, Hang Seng dan Strait Times berada sekitar 6% sampai 9% dibawah indeks awal January 2008 dan pola gerakan mereka masih tetap seiring seirama dengan pergerakan indeks Dow. Sedangkan indeks BEI melorot sekitar 17% dibanding posisi awal January dan (ini yang terpenting) sejak awal April lalu menunjukkan pola gerakan yang berbeda baik terhadap bursa di US maupun terhadap ketiga bursa di Asia.

Lalu, indikasi apa yang bisa ditarik dari fakta tersebut? Pertama, ada kecenderungan bahwa perilaku pasar di BEI tidak lagi dipengaruhi secara signifikan oleh situasi di pasar global bahkan situasi di tingkat regional atau Asia. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku pasar di BEI lebih didominasi oleh berbagai local factor. Lalu pertanyaan mengarah kepada local factor yang mana yang membuat BEI semakin melorot di awal Q208?

Apakah suku bunga Bank Indonesia? Tidak juga, suku bunga masih tetap 8% dan masalah issue kenaikan suku bunga juga bukan hal baru di bursa. Apakah kenaikan inflasi yang terus melaju? Tidak juga, inflasi dapat diprediksi cukup akurat dan margin kenaikan inflasi tidak serta merta membuat kinerja bursa melorot drastis. Apakah faktor fundamental dari emiten? Tidak juga, secara fundamental memang akan terjadi penurunan kinerja karena kenaikan berbagai biaya tapi penurunan tersebut wajar terjadi dan bukan momok yang harus ditakuti pada saat perekonomian masih terus tumbuh. Apakah dana asing yang parkir di BEI telah berkurang secara signifikan? Memang terjadi penurunan tetapi tetap dalam batas yang tolerable. Apakah kenaikan harga minyak telah menghantam sendi2 ekonomi kita secara drastis? Tidak juga, jalanan masih macet dimana mana bahkan pada saat malam mulai larut.

Lalu apa? Tidak jelas. Hanya itu yang dapat saya katakan saat ini. Suka atau tidak, kondisi bursa saat ini telah membuat investor di tingkat retail semakin jera untuk menggunakan berbagai fasilitas margin tambahan yang tersedia. Indikasi short selling yang sering terlihat di pembukaan pagi hari di sepanjang Q108 dengan memanfaatkan momentum global, sekarang mulai jarang terlihat. Apakah karena pengawasan dan sanksi di bursa makin ketat? (Khusus yang ini dijawab di dalam hati saja sambil tertawa lebar) Intinya siapa sih yang ingin rugi?

Satu hal yang sekarang mulai terlihat semakin jelas adalah fakta bahwa BEI merupakan inflated market atau bubble market yang terjadi sejak akhir 2006 seperti sering saya kemukakan sebelumnya. Ini pelajaran penting buat kita semua untuk tidak cepat puas atas satu pencapaian dan untuk selalu melihat kembali proses pencapaian tersebut. Pelajaran pula untuk para penguasa di BEI untuk tidak pongah dan sesumbar indeks BEI akan melejit di atas 3000 di 2008. Ada baiknya para penguasa tersebut memberikan penjelasan ke publik bagaimana caranya sampai ke angka tersebut dan kapan akan terjadi dengan melihat kondisi saat ini. Walaupun saya meragukan nyali mereka untuk berbuat hal tersebut.

Dalam perhitungan saya, potensi kenaikan indeks BEI dalam beberapa minggu ke depan maksimum hanya mencapai 2400. Ini dengan catatan bahwa saham berbasis energy kembali menguat, tingkat suku bunga tetap berada di 8 persen, harga minyak kembali turun di bawah USD 110 dan situasi pasar global terus mengalami perbaikan.

Bagaimana menurut pendapat anda?

7 comments:

Anonymous said...

Mungkin para pelaku di bursa semakin rasional, atau mereka lebih mengedepankan analisi fundamental dibandingkan dengan teknikal yang biasanya dipakai para spekulan untuk menggoreng saham. Atau juga pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bagus dengan kenaikan ekspor sektor manufacturing. Itu saja analisa amatir dari saya. Thanks buat sarapan ekonominya & wellcome back to Jakarta.

Anonymous said...

Kita membeli saham dengan harapan akan mendapat keuntungan. Apa yang akan terjadi bila indeks saham terus menerus anjlok? Harapanpun semakin pudar.

Anonymous said...

@Tika: Have you done your risk management's homework? Can't just throw your money in and hoping it will always grow ;-) Sorry..just my 2 cents..

vividtrader said...

naik turun sudah biasa.... fundamental+teknikal semuanya dipake oleh bandar....
IHSG agak lag beberapa minggu dari bursa regional.... karena sudah kebiasaan di BEI sebelum crash harga dilempar ke atas dulu..
Tapi IHSG akan kembali seirama dengan index regional lainnya.. Wallstreet recovery BEI akan mengikuti di belakangnya

JALIN [Jaringan LSM untuk Indonesia] said...

Kami sangat prihatin pasar modal dijadikan permainan oleh segelintir orang untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Komunitas bursa saham kita telah dinodai oleh emiten penumpang gelap yang menghalalkan berbagai cara : termasuk memobilisasi “investor” abal-abal yang berasal dari jalanan, didandani dengan dasi dan jas biar mirip investor betulan dalam antre pemesanan formulir saham PT Adaro Energy Tbk. Mengapa Bapepam-LK tutup mata dan tutup telinga melihat realita ini ? [Yohan Putera Soemarna, menyampaikan terima kasih jika berkenan mengunjungi blog kami dan meninggalkan pesan...]

Anonymous said...

thanks ya infonya !!!

www.bisnistiket.co.id

Anonymous said...

thanks ya infonya !!!

www.bisnistiket.co.id