Tertanggal 22 July yang lalu, ada sebuah surat yang dilayangkan oleh British Academy kepada Sang Ratu di Buckingham Palace. Ini sebuah surat terbuka yang bertujuan menjawab pertanyaan Sang Ratu ketika mengunjungi London School of Economics di bulan November 2008 lalu.
Pertanyaan Sang Ratu adalah "Why had nobody noticed that the credit crunch was on its way? dan surat jawaban tersebut pada intinya mengklaim bahwa itu terjadi akibat kegagalan dari imajinasi kolektif - a failure of the collective imagination. Dengan polos dikatakan bahwa imajinasi kolektif para kaum pintar di sana telah membentuk paradigma yang salah dan berakhir pada terjadinya krisis.
"So in summary, Your Majesty, the failure to foresee the timing, extent and severity of the crisis and to head it off, while it had many causes, was principally a failure of the collective imagination of many bright people, both in this country and internationally, to understand the risks to the system as a whole"
Tidak mengapa. Setiap orang bahkan institusi berhak untuk mengungkapkan kebenaran alasan mereka. Tidak ada yang salah. Tinggal saja, apakah alasan dan argumentasi mereka diterima oleh pihak lain. Toh saya tetap yakin bahwa krisis tercipta karena ketamakan segelintir penguasa sistem keuangan dunia yang secara kolektif menciptakan mimpi bahagia. Mimpi ini kemudian berubah menjadi fakta yang menciptakan pertumbuhan kekayaan dan pada akhirnya pertumbuhan kekayaan ini menciptakan ketamakan kolektif. Jadi inii bukan kegagalan dari imajinasi kolektif.
Surat ini merupakan refleksi kegagalan sebuah institusi semegah British Academy untuk berfikir secara utuh terhadap terjadinya suatu krisis. Dari perspektif berbeda, imajinasi, mimpi ataupun khayalan merupakan ekspresi jiwa terhadap suatu harapan. Dari mimpi-mimpi itulah berjuta hal besar terjadi di dunia ini. Apakah layak bila imajinasi, mimpi dan bahkan khayalan kolektif menjadi tumpahan kegagalan?
"Behind every impossible achievement is a dreamer of impossible dreams"
Saturday, August 1, 2009
Surat Kepada Ratu dan Pemimpi Jalanan
Labels:
Bahasa,
British Academy,
Dream,
Financial Crisis,
LSE
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment