Monday, July 21, 2008

World Economic Outlook - Kecap Basa Basi IMF

Dari laporan IMF mengenai World Economic Outlook (WEO) yang diterbitkan tanggal 17 July lalu terdapat beberapa hal penting yang dapat dijadikan patokan dalam memprediksi perekonomian Indonesia dan kinerja Bursa Efek Indonesia di paruh semester kedua 2008.

Pertama, adanya penurunan tingkat pertumbuhan global dari 5% di 2007 menjadi 4.1% di 2008 dan akan terus menurun menjadi 3.9% di 2009. Pertumbuhan di China diperkirakan akan turun dari 12% di 2007 menjadi sekitar 10% di 2008-09. Sedangkan pertumbuhan di emerging market turun sebesar 1% dari 8% menjadi 7%. Pada data yang lebih sempit terlihat bahwa untuk ASEAN 5, tingkat pertumbuhan di 2007 adalah sebesar 6.3% yang akan turun menjadi 5.6% di 2008 dan kembali naik ke 5.9% di 2009.

Ini menarik karena dari emerging dan developing countries (EDC) hanya kawasan ASEAN 5, Sub-Sahara dan China yang diproyeksikan akan membaik di 2009. Dari ketiga kawasan tersebut, ASEAN 5 memiliki tingkat kenaikan yang tertinggi. Di ASEAN 5 sendiri, Indonesia dan Thailand yang paling memiliki kans tertinggi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dibanding Singapore, Malaysia dan Philippines.

Kedua, WEO juga menyampaikan bahwa kenaikan harga energy dan commodity telah menciptakan kenaikan inflasi yang tinggi khususnya di EDC. Diperkirakan tingkat inflasi di EDC akan mencapai 9.1% di 2008 dan menurun menjadi 7.4% di 2009.

Dari perkiraan mengenai inflasi ini, saya melihat bahwa potensi kenaikan suku bunga BI di sisa semester kedua 2008 maksimal hanya 50 point dalam dua tahapan. Namun demikian, seperti yang pernah saya sampaikan dalam postingan terdahulu, indikasi target suku bunga BI di akhir tahun hanya akan mencapai 9%. Ini dengan perhitungan bahwa kenaikan 25 point pertama akan terkait dengan upaya mengontrol kenaikan inflasi yang tercipta menjelang hari raya Lebaran. Sehingga bila diperlukan kenaikan kedua, besar kemungkinan akan dilaksanakan pada awal January 2009 walaupun saya agak ragu apakah pada saat tersebut masih diperlukan kenaikan lagi.

Beberapa hal yang membuat saya cukup optimis bahwa BI akan menekan laju kenaikan suku bunganya adalah turunnya harga minyak dan komoditas dunia. Dari beberapa sumber berita, dikatakan bahwa terdapat indikasi untuk mempertahankan harga minyak untuk bertahan dalam kisaran USD 130-140 sejalan dengan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi global terutama di negara maju. Faktor positif lain adalah posisi keuangan pemerintah yang membaik paska kenaikan harga BBM serta stabilnya nilai tukar Rupiah.

Hal ketiga dari WEO terbaru adalah rekomendasi IMF yang mengatakan perlunya kebijakan moneter yang lebih ketat serta kebijakan mata uang yang lebih fleksibel. Ini cuma slogan basa basi yang sebenarnya tidak memberi nilai tambah terhadap laporan WEO tersebut. Tapi lumayan untuk mengingatkan para pembuat kebijakan untuk tetap hati hati dalam membuat kebijakan moneter dalam masa sulit dewasa ini.

Ada yang berminat membaca? Silahkan klik ini: World Economic Outlook Update
Global slowdown and rising inflation

1 comment:

Anonymous said...

Hi pak sirait.. udah lama gak posting nih. Lama saya nunggunya. hehhe

Pak Sirait, Mau nanya donk, itu minyak kl misalnya bubble bisa sampai berapa yah??

Trus bisa tolong analisain the best emiten utk fundamentalnya masing2 1 atau 2 emiten per sektor utk saya invest selama 3 taun tidak?? Krn saya tdk ngerti baca lap keu. Please yah.. kalau bisa sekalian entry pointnya di harga berapa.

Sektor yg saya tertarik di:
1. Pertambangan logam
2. Pertambangan batubara
3. Perkebunan
4. Perbankan

Terus, BNBR gimana yah pak?? Saya ada invest utk long mgkn 3 taunan sih. Bagus tidak??

terimakasih sebelumnya