Setelah sekian lama terperangkap dalam rutinitas dan kejenuhan, akhirnya saya dapatkan kembali energy dan "soul" tulis menulis yang hilang tersebut. Mungkin memang diperlukan semangat dan kesabaran yang luar biasa untuk tetap terus membaca dan melakukan riset walaupun tak ada satupun yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Untung ada G20 yang membuat saya terusik untuk kembali menulis.
Dalam kondisi perekonomian global yang lesu, sudah sepantasnya bila kegiatan semacam G20 ditunda sementara. Minimal dapat dilakukan dengan bentukan lain tanpa perlu kehadiran fisik sehingga tidak menghamburkan dana dan waktu dengan percuma. Toh, dari apa yang saya baca dari the communique, isinya lebih bersifat normatif, tidak praktis dan sarat kepentingan pihak tertentu. Kelihatan indah tapi susah dilaksanakan sehingga pada akhirnya akan surut dengan sendirinya.
Ada dua hal yang menjadi sorotan G20, pertama yang dinamakan dengan Restoring Global Growth dan kedua adalah Strengthening the Financial System. Semua dikemas dalam delapan paragraph. Lima paragraph didalam Restoring Global Growth dan tiga di dalam Srengthening the Financial System. Dari kedelapan pernyataan tersebut, menurut saya semuanya hanyalah retorika dan normatif. Semakin dibaca dan dihayati semakin terasa murahan.
Our key priority now is to restore lending by tackling, where needed, problems in the financial system head on, through continued liquidity support, bank recapitalisation and dealing with impaired assets, through a common framework. We reaffirm our commitment to take all necessary actions to ensure the soundness of systemically important institutions.
Dalam terjemahan bebas, prioritas kunci adalah mengembalikan aktivitas lending kembali ke normal dengan mengatasi berbagai masalah terkait. Apa iya? Bukankah penyebab segala macam krisis dan hilangnya likuiditas di pasar adalah akibat dari aktivitas lending yang tidak normal? Saya khawatir, mereka sendiri (seperti halnya saya) tidak mengetahui kapan tahun terakhir dimana aktivitas lending di dunia dalam batas batas normal. Bukankah di 1998 ada Asian financial crisis? Argentina di tahun 2000, Brazil di tahun 1999, Mexico di tahun 1994, Jepang di akhir 1980 - 1990 dan beberapa lainnya. Semuanya bila dirunut secara seksama maka faktor penting penyebab krisis adalah aktivitas lending yang tidak normal. Jadi batasan mana yang dapat dijadikan acuan bahwa sistem dan praktik keuangan adalah normal? Ada yang tahu?
Hebatnya lagi di dalam kalimat terakhir dapat dibunyikan sebagai "apapun caranya dan risikonya, kami akan melakukan bailout terhadap institusi keuangan penting". Penting dapat juga diterjemahkan sebagai terpilih. Secara apa? Apakah Bear Stearns tidak penting? Apakah AIG jauh lebih penting? Tidak jelas.
Interest rates have been cut aggressively in most countries, and G20 central banks will maintain expansionary policies as long as needed, using the full range of monetary policy instruments, including unconventional policy instruments, consistent with price stability.
Seharusnya instrument kebijakan yang unconventional diperjelas. Apakah yang dimaksud adalah bailout? Sampai sejauh mana penggunaan kebijakan ini ditoleransi? Apalagi dikaitkan dengan stabilitas harga, pernyataan ini semakin terkesan murahan dan normatif.
Kemudian ada di pernyataan ketujuh mengenai Credit Rating Agency, off-balance sheets vehicles dan non-cooperative jurisdictions. Bicara peran Credit Rating Agency maka ini tidak lepas dari proses implementasi Basel II dan tidak lepas dari kelalaian dan manipulasi yang dilakukan Credit Rating Agency di dalam menilai berbagai surat hutang kelas dunia.
Sungguh mengherankan bila ketiga hal tersebut disatukan dalam satu pernyataan. Bukankah institusi keuangan kelas dunia memang selalu menggunakan off-balance sheets vehicles untuk mengurangi tingkat risiko, mempercantik struktur hutang dan kemudian diamini oleh Credit Rating Agency? Dan untuk itu semua, mereka membutuhkan tempat yang dikenal dengan non-cooperative jurisdictions atau identik dengan tax heaven country yang adalah sesungguhnya telah terkait dalam kurun waktu yang sangat lama. Kenapa tidak dari dulu dikaitkan? Kenapa mesti pakai Basel II segala?
Rasanya akan terlalu panjang bila harus dikupas satu persatu, tetapi yang jelas pesta para petinggi ini hanyalah pemborosan dan keangkuhan segelintir manusia yang butuh pengakuan sebagai pahlawan kesiangan. Crime doesn't pay? Hmmm.... lihatlah yang terjadi sekarang (It is not only pays but it pays bigs and when they get caught, it pays even bigger). Jangan khawatir, kebenaran akan datang dan kesesatan akan berakhir. Pasti!
Sunday, March 15, 2009
Mencibir Pesta Mewah G20 - Arogansi dan Kepongahan
Labels:
Bahasa,
Credit Rating,
Financial Crisis,
G20,
Indonesia,
Non-Cooperative Jurisdictions,
Off-balance Sheets
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Pemberian bailout pada perusahaan raksasa justru bisa membahyakan upaya perbaikan ekonomi. Masa, uang bailout dijadikan sebagai bonus bagi eksekutif. Bukannya buat usaha yang bersifat real.
Post a Comment