Dalam tulisan di awal April yang lalu, saya menyoroti mengenai rencana kenaikan suku bunga BI yang berpotensi menekan harga saham sektor keuangan dan perbankan. Saya juga mempertanyakan efektifitas kebijakan tersebut dalam menekan laju inflasi. Di awal Mei lalu, BI telah menaikkan suku bunga sebesar 25 point menjadi 8.25%. Seiring dengan keputusan tersebut, harga minyak dunia terus mengalami kenaikan yang menyebabkan posisi pemerintah makin sulit untuk mempertahankan tingkat subsidi minyak pada saat ini. Untuk mengatasi persoalan subsidi maka pemerintah dalam waktu dekat akan segera menaikkan harga minyak, dimana kemungkinan akan dilaksanakan pada akhir Mei atau awal Juni nanti.
Terakhir kali pemerintah menaikkan harga minyak adalah pada bulan October 2005 dimana inflasi pada bulan November 2005 naik mencapai 18.4%YoY yang kemudian diikuti oleh kenaikan suku bunga BI pada Desember 2005. Menurut berbagai sumber, kenaikan harga kali ini akan berkisar antara 20-30% dengan target inflasi akan mencapai 12% atau lebih rendah dibanding posisi November 2005. Menurut saya ini menunjukkan kinerja perekonomian Indonesia masih tidak ada kemajuan berarti. Sepintas memang target inflasi jauh lebih rendah dari posisi November 2005 tapi kenaikan harga minyak pada October 2005 adalah sekitar 87% dari harga sebelumnya sedangkan kenaikan kali ini maksimum hanya sebesar 30% dari harga saat ini.
Dalam pandangan saya, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait dengan rencana kenaikan harga minyak tersebut.
Pertama, dengan tingkat inflasi yang tinggi jauh diatas suku bunga BI, maka besar kemungkinan BI akan kembali menaikkan suku bunga secara bertahap, kumulatif 75 point sampai dengan akhir tahun 2008. Kenaikan ini akan memperkuat posisi Rupiah sehingga dapat stabil kembali di area USD/IDR 9000 pada akhir tahun. Secara umum, saham di sektor keuangan dan perbankan akan sulit untuk mengalami peningkatan secara signifikan sampai dengan akhir tahun.
Kedua, berdasarkan kejadian di 2005, maka sekitar 50% dari Consumer Price Index (CPI) basket akan mengalami kenaikan besar diantaranya adalah raw food, prepared food dan transport. Sehingga akan terjadi kenaikan biaya produksi dan transportasi yang akan mempengaruhi posisi fundamental berbagai perusahaan. Proyeksi laba akan mengalami penurunan seiring meningkatnya biaya dan melemahnya daya beli masyarakat.
Ada baiknya untuk kembali melihat pergerakan indeks BEI selama bulan September 2005 sampai dengan December 2005. Pada periode tersebut indeks mengalami penurunan cukup drastis di akhir September 2005 dan awal November 2005 dan kemudian kembali naik sampai dengan penutupan 2005. Hanya saja pada kurun waktu tersebut pasar saham dunia sedang dalam posisi bullish.
Berbeda dengan situasi di 2005, saat ini pasar global dalam kondisi tidak stabil. Walaupun sebagian pihak mengatakan bahwa pasar sedang menuju pemulihan tapi tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa kontraksi besar masih menunggu di awal Q308. Dugaan saya, BEI akan mengalami koreksi cukup besar yang terkait dengan kenaikan harga minyak tersebut. Kapan koreksi tersebut akan terjadi? Andaikan saya tahu kapan...
Monday, May 19, 2008
Arah Langkah BEI di Q208: Oil Price, CPI Basket and Inflation
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment