Friday, April 4, 2008

Statistical Illusion dan Ramalan Judi Buntut Ala Sekuritas

Dalam satu minggu, minimal dua atau tiga kali saya mampir ke beberapa portal informasi di Indonesia yang memberikan berita keuangan dan ekonomi. Salah satu berita yang saya click adalah rekomendasi dan proyeksi market yang biasanya diposting di pagi hari sebelum market dibuka. Tujuan saya mampir dan membaca informasi tersebut sebenarnya untuk membaca potensi dan peluang di pasar pada hari tersebut. Rekomendasi dan proyeksi umumnya diperoleh dari beberapa sekuritas besar yang secara bergantian memberikan opininya.

Pernyataan yang paling sering disampaikan adalah trend dari pasar berdasarkan statistical model semacam stochastic indikator. Kemudian diikuti dengan rekomendasi saham secara singkat. Beberapa dibumbui dengan faktor penyebab naik atau turunnya indeks di hari sebelumnya. Informasi yang bersifat umum dan memang ditujukan untuk kalangan umum.

Namun seringkali rekomendasi dan proyeksi yang ditawarkan jauh dari akurat, terkesan seadanya dan mirip ramalan judi buntut. Terkesan sekedar ada berita yang dapat disuguhkan ke pembaca. Sekuritas yang memberikan pendapatpun seakan tidak peduli dengan kualitas analisis yang mereka sampaikan, seperti tidak khawatir bila hal tersebut dapat menurunkan kredibilitas institusi mereka. Mungkin saja, analis yang bertugas mengisi berita tersebut adalah junior analyst yang sekedar copy paste dari template yang sudah ada dan memasukkan hasil yang keluar dari aplikasi statistic yang tersedia.

Ada dua hal yang patut dijadikan catatan bagi pengelola media dan sekuritas yang memberikan analisis tersebut dalam penyajian berita tersebut.

Pertama mengenai arah pasar dengan memberikan indikasi support dan resistance. Pada kondisi bullish market, memberikan indikasi arah pasar dengan berbasis statistic indicator cukup memadai dan biasanya tingkat akurasi cukup tinggi. Namun demikian, dalam kondisi market yang sedang mengalami krisis, memberikan rekomendasi melulu berbasis statistic indicator semacam stochastic akan berakibat berkurangnya akurasi dari informasi. Sehingga kesan yang tertangkap adalah informasi dengan kualitas sangat rendah. Mengapa selalu bertumpu pada statistical indicator saja dalam menentukan support dan resistance level? Mengapa tidak memberikan satu pandangan yang merupakan gabungan dari berbagai aspek?

Kedua, memberikan rekomendasi saham dengan mengatakan saham pilihan, bila tidak disertai argumen yang kuat maka kesan yang tertangkap adalah sekedar melempar gossip. Apakah dengan memberikan nama saham pilihan hari ini maka informasi yang disampaikan menjadi lebih berkualitas? Atau justru (seperti saya katakan sebelumnya)mirip memberikan nomor yang akan keluar dalam judi buntut? Contoh: saham pilihan hari ini AALI, BMRI dan TLKM. Kenapa pilihan? Pada harga berapa? Berapa banyak yang harus dibeli atau dijual? Manfaat apa yang dapat ditarik oleh pembaca atas rekomendasi tersebut? Bila tidak ada, apa perlunya memberikan informasi saham pilihan?

Saya pikir sudah saatnya dan sewajarnya bila pengelola media dan (terutama) sekuritas yang memberikan rekomendasi dan proyeksi pasar untuk bertindak secara professional. Sudah saatnya pula sekuritas menghargai kualitas analisis mereka dengan hanya memberikan analisis yang akurat dan didasari argumen yang kuat, serta menghindari gossip murahan ala bandar judi. Bukan waktunya lagi sekuritas merasa naik pamornya dengan terus memberikan rekomendasi dan proyeksi di berbagai media, bila informasi yang disampaikan tidak memberikan manfaat bagi pembaca dan berpotensi menjerumuskan investor pemula yang percaya begitu saja terhadap berita tersebut.

Ada baiknya kitapun bertanya kepada diri kita, mengapa menggunakan sekuritas yang tidak mampu menjaga kualitas dan kredibilitas analisis mereka?. Selamat tinggal adalah kata PILIHAN yang terbaik.

7 comments:

Bangun said...

salam kenal pak rudy. great post. memang sepertinya sekuritas indo kebanyakan mumbo jumbonya dengan prediksi mereka masing-masing.

benar kata bapak. mungkin akan lebih berkualitas kalau disertai mengapa, berapa yang harus di beli pada harga berapa beli dan jual pada harga berapa. systematic trading. tapi sayang, mungkin klo sekuritas punya model trading yang bagus kayaknya ga bakal di share deh. hehe. securities house just have to do more homework for the future. semoga dunia perpasar modalan di negeri kita makin maju.

salam.

bangun

Anonymous said...

ada yang masih ingat efficient market hypothesis? semua info gratis yang mudah didapat oleh semua orang tidak akan memberikan abnormal return ataupun risk premium yang memuaskan.

terang saja data yang ada di forum gratisan tidak akurat. berapa banyak orang baik di dunia yang mau bagi2 info akurat?

info akurat hanya ada untuk orang yang tepat (yang bayar).

^^

Socrates Rudy Sirait, PhD said...

Setuju sekali, analisis premium tidak gratis.

Seperti yg saya sampaikan, menyampaikan info gratis tanpa dibarengi kualitas yg cukup kepada publik dan disampaikan pada media ternama (baik online maupun surat kabar) - tidak membawa manfaat apapun dan akhirnya mencemarkan reputasi sekuritas tersebut

Salam

Anonymous said...

Postnya bagus sekali, aku juga suka main saham forex. Terima kasih atas prediksinya.

Anonymous said...

tapi masalahnya sekarang banyak sekali analis yang menjadikan media sebagai alat utk mencari popularitas.makanya buat para analis berhati-hati ngomong ama media. karena kl ga ada dasarnya alias asal ngomong malah justru bs matiin pasaran anda :D

vividtrader said...

Jadi inget ama yg rekomendasiin CPRO tahun lalu beberapa hari sebelum CPRO nyungsep. pake report tebal tapi ya gitu dech

Jaxman said...

Bang Rudy,

Saya setuju dengan pendapat anda mengenai kondisi prediksi dan analisa pasar di media saat ini.

Namun, bukankah dunia rating analysis juga jauh dari sempurna, even in the most efficient market like US? Banyak juga kita lihat disana buy / sell rating berdasarkan analisis report yang dipublish, yang tidak bisa kita secara serta merta mengikuti sebagai individual trader.

Oleh karenanya, saya lebih cenderung menyarankan teman2 pemula / beginner traders agar melakukan analisa sendiri tanpa mengandalkan analyst reports (anggap saja ini merupakan topping tambahan untuk analisa pribadi kita atas counter2 yang kita pilih).