Thursday, May 1, 2008

Resesi di US - U-Shaped atau V-Shaped

Setelah FOMC kembali memangkas suku bunga menjadi 2% maka topik mengenai resesi kembali menghiasi berbagai artikel terbaru di berbagai media di US dan Eropa. Begitu pula di blog para ekonom global, beberapa artikel terbaru mereka sedikit banyak mengulas soal resesi di US.

Pertumbuhan GDP US selama Q108 sebesar 0.6% menjadi sorotan karena dari angka rincian terlihat pertumbuhan tersebut tidak meyakinkan. Dengan mengeluarkan nilai inventory of unsold goods maka sebenarnya pertumbuhan GDP US di Q108 adalah negative 0.2% atau terdapat margin tambahan akibat nilai inventories tersebut sebesar 0.8%. Ini berarti probabilitas GDP US akan mengalami penurunan di Q208 cukup besar kecuali terjadi pengurangan nilai inventories sepanjang Q208.

Tapi, kembali lagi ini soal penafsiran data statistic yang bisa diartikan berbeda apalagi bila didukung komparasi terhadap periode sebelum dan variable2 statistic lainnya. Sehingga sering kali kita tersesat dan menjadi tidak mampu untuk melihat kondisi yang sebenarnya terjadi di US. Coba tengok beberapa link ini yang bicara soal resesi, Recession, Economists React: Recession Still ‘Likely’, The Fed cuts a quarter point. What?!? You don't find that exciting?

Saya sendiri pro dengan beberapa ekonom global yang mengatakan bahwa resesi di US sedang berlangsung dan belum mencapai titik terburuk. Masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa telah terjadi perbaikan pada sektor riil di perekonomian US. Saya juga tidak sependapat dengan pernyataan Sam Zell yang mengatakan bahwa institutional investors sudah kembali melirik pasar MBS baru2 ini. Apalagi latar belakang Sam Zell merupakan investor penting di dunia property di US.

Sehingga resesi di US cuma masalah pembuktian U-shaped recession atau V-shaped recession. Bila yang terjadi adalah U-shaped maka dampaknya kepada perekonomian global akan signifikan. Di Asia sendiri yang akan terkena dampak paling berat adalah China yang mengandalkan pasar di US sebagai tujuan utama dari export mereka. Bila China mengalami perlambatan ekonomi maka negara di Asia Tenggara juga akan mengalami imbasnya mengingat China merupakan salah satu trading partner terbesar bagi berbagai industry di Asia Tenggara.

Uniknya, jika dilihat dari posisi indeks Dow saat penutupan Rabu kemarin maka sepintas bursa saham di US telah berangsur pulih. Masih perlu diteliti lebih dalam apakah kenaikan tersebut dinikmati oleh berbagai sektor atau hanya disebabkan dorongan dari beberapa sektor saja. Perlu tetap waspada, terutama nanti menjelang akhir Q208 dan awal Q308 - bukan tidak mungkin indeks bursa di US bisa kembali terjatuh.

No comments: