Wednesday, March 19, 2008

Interest Rate - How Low Can You Go?

Dini hari pukul 3.18 waktu Tokyo. Posisi Dow naik 1.64% dan Nasdaq naik 2.07%. Market cerah dan bergairah, seperti udara siang tadi hangat dengan kilau matahari – musim semi hampir tiba. Berita bagus beruntun memenuhi RSS dan email box saya sepanjang malam ini. Tekanan di pasar US telah lepas minimal sampai dengan akhir pekan ini.

Gossip soal Lehman yang dramalkan bernasib sama dengan Bear hilang dari peredaran dengan munculnya quarterly result yang cukup diluar dugaan – profit diatas ekspektasi pasar. Sementara ini Lehman boleh bernapas lega sampai dengan nanti tiba saatnya pelaporan di quarter berikut. Nasib baik, polesan akuntansi dan fasilitas the Fed sama sekali tidak membuat toxic debt yang dimiliki Lehman menjadi sehat begitu saja. Credit default di tingkat retail masih akan terjadi seiring rendahnya kinerja perekonomian di US. Semua berujung di MBS yang telah membawa saham Bear jatuh tersungkur seharga 2 dollar.

Lupakan Lehman sementara waktu, karena kita patut khawatir dengan keberanian the Fed untuk memangkas suku bunga (lagi) dalam waktu dekat. Saya paham akan harapan the Fed untuk menggairahkan pasar kredit dengan memberikan kredit murah. Tapi kebijakan pemotongan suku bunga ini tidak tepat waktu.

Ada empat bantahan terhadap kemampuan dari addictive drug yang diberikan oleh Bernanke.

Pertama, potongan suku bunga akan membuat USD kembali terdepresiasi dan memicu naiknya harga minyak dan komoditas utama semakin tinggi.

Kedua, reaksi pasar keuangan terhadap tekanan mata uang USD dan kenaikan harga komoditas selalu negative. Pasar akan kembali tumbang.

Ketiga, kredit murah tersebut tidak akan efektif untuk merangsang pasar retail. No way. Konsumen sudah tidak mampu untuk mengambil tambahan kredit akibat kenaikan biaya hidup dan transportasi. Manfaat yang tercipta atas tambahan kredit di tingkat retail belum tentu lebih besar dari tambahan biaya yang tercipta akibat kenaikan harga (sebagai akibat penurunan nilai tukar USD).

Keempat, kerusakan sistemik ini pada akhirnya akan menciptakan deflasi seperti yang terjadi di Jepang. Indikasi terjadi makin jelas dan kuat. Penurunan nilai asset yang signifikan, suku bunga rendah yang merangsang konsumsi dan mengikis saving ratio, penurunan nilai pasar keuangan secara terus menerus dan terakhir pelemahan mata uang dalam jangka panjang. The Great Depression di tahun 1930 diawali oleh terjadinya deflasi.

Terakhir, (sudah ngantuk nih) selamat menikmati pasar yang akan bergairah sepanjang pekan ini. Tetap waspada karena tidak akan ada faktor penyebab kenaikan signifikan. Sambil menunggu pemotongan suku bunga berikut yang akan membuat market melayang sejenak untuk kembali terduduk lesu. Entah, mungkin saya salah menduga.

No comments: