Wednesday, March 5, 2008

Shanghai Stock Market - Contoh Bubble Market Nan Malang

Malang nian nasib equity market di Shanghai, janji2 bandar, peramal dan analis mengenai proyeksi indeks di 2008 semuanya hanya mimpi dan isapan jempol. Indeks Shanghai yang pernah di atas 6000 di 2007 telah terjungkal sampai di bawah 4400 pada transaksi belakangan ini.

Isapan jempol bahwa indeks SSE (Shanghai Stock Market)akan bertahan minimal sampai dengan selesainya Olimpiade Beijing akhir summer nanti tidak terbukti. Sesumbar beberapa global economists bahwa China adalah bukti dari decoupling di belahan Asia hanyalah ramalan berbasis statistik yang setali tiga uang dengan statement "Asian Tigers" di era 1990-1995.

Inflasi di China sudah di atas 6% dan terus melambung diiringi naiknya harga minyak dan komoditi dunia. Investasi di pasar modal perlahan lahan menurun diiringi kenyataan bahwa return tidak lagi seindah tahun2 sebelumnya akibat naiknya inflasi dan tingkat resiko.

Pemerintah China menyatakan keengganannya utk menaikkan suku bunga karena khawatir akan membuat distorsi terhadap ekonomi riil. Padahal tanpa kenaikan suku bunga pasar modal di China sudah kalah menarik ketimbang investasi di sektor komoditas global.

Bubble di SSE akan terus mengecil dan mengecil sampai dengan indeks mencapai keseimbangan yang baru. Tidak ada yang pernah tahu seberapa jauh penurunan indeks SSE dan untuk berapa lama sebelum kembali menuju bullish market. 12 bulan ke depan adalah waktu yang tepat untuk melihat ketebalan bubble di SSE.

BEI? Suka atau tidak, bubble di BEI tercipta akibat transaksi pasar yang tidak sehat dan perilaku regulator, investor dan operator yang jauh dari professional.

Bagaimana mungkin ada kebijakan yang memperbolehkan short selling di BEI?
Tapi indikasi short selling sendiri sudah sering diendus bahkan dikomentari para penguasa BEI dan Bapepam.

Bagaimana mungkin ada kebijakan yg memberi hak kepada sekuritas dan broker
untuk memberikan cadangan margin kepada investor. Dasarnya apa? Apakah sekuritas
dan broker telah menjadi bank? Bagaimana penentuan kelayakan margin? Bagaimana penentuan non performing loan dari penggunaan margin yang diberikan? Siapa yang mencatat? Off balance sheet? Apakah BI melakukan monitoring selayaknya monitoring thd NPL di bank? Dana margin tersebut milik siapa dan dari mana?

Indeks BEI cuma 2600an dan itupun sudah kelebihan mungkin di atas 1000 point!!

BEI harus jadi market yang sempurna buat lahan hidup investor dalam jangka panjang. Kalo kita sendiri tidak peduli BEI mau kemana, maka BEI akan kembali jadi bursa gurem yang tidak dipandang sebelah mata oleh global market.

Lebih baik indeks BEI merosot kembali ke level yang benar dan perlahan maju
seiring kemajuan ekonomi Indonesia, daripada menjulang tinggi dalam periode sesaat kemudian tersungkur bertahun tahun.

3 comments:

Anonymous said...

betul, inflasi china, harga minyak, dan sentimen proteksionisme di tiap negara jadi ancaman ekonomi global selain efek subprime...

Anonymous said...

Artikelnya menarik sangat.
Gak bosenin bacanya..
Maju terus perekonomian Indonesia, bangkit dari keterpurukan.

Thanks telah mammpir ke blog saya
salam..Zuef

Socrates Rudy Sirait, PhD said...

Thanks Zuef..

Salam