Monday, April 5, 2010

LINKS with analysis: Regional Financial Updates

Sebenarnya dari hari Jumat lalu ada keinginan untuk segera mempublikasikan LINKS yang terkait dengan memburuknya kinerja Wall Street selama seminggu kemarin. Namun niat itu saya urungkan terlebih dahulu karena ternyata ada topik yang lebih menarik lagi. Topik tersebut adalah mengenai sektor perbankan yang kembali lagi mencuat seiring dengan berbagai kejadian yang melibatkan kebijakan dan kinerja perbankan di tingkat global, regional maupun di nasional. Keinginan Obama untuk segera memperbaiki perekonomian US terhambat oleh reaksi negatif pelaku pasar yang tidak sepenuhnya sependapat dengan kebijakan Obama di sektor perbankan. Ini wajar terjadi akan terus menggerus kepercayaan pasar di US - pada prinsipnya mereka akan kembali ke logika dasar yaitu "tidak akan ada obat terbaik untuk mengurangi beban hutang selain dengan melunasi hutang tersebut".

Sehingga dalam situasi hutang signifikan membelit perekonomian US maka pilihan melunasi hutang secepat mungkin adalah mustahil. Pilihan terpopuler dan termudah adalah kembali mencetak uang dan tetap melonggarkan kebijakan keuangan yang sudah ada. Menunda masalah ke masa yang akan datang sampai saatnya tiba saat masalah tidak lagi dapat diselesaikan dengan menunda.

World Bank mengeluarkan sebuah laporan yang memberikan sinyal bahwa ekonomi di Asia berpotensi mengalami bubble akibat kenaikan ekonomi yang "overheating" tumbuh jauh melebihi daerah regional lainnya. Secara pribadi, saya meragukan akurasi analisis laporan tersebut karena dasar pengambilan analisis agak dangkal. Laporan World Bank selalu kuat dipaparan teori dan akurasi data statistik tapi sering kali lemah dalam memahami kapasitas pemikiran strategis yang berada di masing-masing perekonomian Asia dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah. Mungkin itu sebabnya seringkali laporan terkesan agak berlebihan.
World Bank Says Asia Faces Asset Bubbles, Overheating Risks - Bloomberg.com

Bank of China akan mengeluarkan obligasi sebesar USD 5.8 billion untuk mengobati kinerja modal di sektor perbankan seiring kebijakan pengetatan uang. Ini terjadi akibat kebijakan lending yang longgar di tahun 2009. Apakah benar lending yang dilakukan di 2009 terkonsentrasi di domestik? Atau justru mengalir kembali melalui saluran pipa kredit dan investasi berbagai perusahaan China keluar menuju negara tetangga, bahkan ke Indonesia? Bila dilihat indeks saham di Shanghai 2009 maka hasil yang dicapai tidak terlalu fantastis. Lalu, benarkan risiko asset bubbles di China sudah terlalu tinggi? Atau semua ini sudah dalam perhitungan para pengambil kebijakan ekonomi di China?
Bank of China to sell up to $5.8 billion in bonds. Bank of China to sell up to $5.8 billion in bonds to replenish capital - Associated Press/Yahoo.com

Pasar obligasi dan pasar uang di Asia mengalami pelemahan di minggu kemarin yang terjadi sebagai reaksi atas kebijakan Obama, kebijakan keuangan China dan kekhawatiran terjadinya asset bubbles di kalangan pelaku pasar. Antisipasi jangka pendek, tidak ada kepanikan di pasar.
Emerging-Market Bonds Drop on Supply, China Lending Limits - Bloomberg.com
Asian Currencies Post Weekly Drop on China Curbs, Obama Plan - Bloomberg.com

Bagaimana dengan Indonesia? Bank Indonesia optimis bahwa tingkat inflasi akan dapat dipertahankan pada target yang ada. Lihat LINKS edisi satu untuk sumber berita. Demikian pula untuk tingkat suku bunga akan dipertahankan pada 6.5 persen. Lihat LINKS edisi kedua untuk sumber berita. Ini merupakan indikasi bahwa Bank Indonesia tidak melihat adanya risiko asset bubble tinggi di tahun 2010. Jika demikian maka pertanyaan saya adalah: mampukah IHSG menyentuh 3000? Tanpa adanya pertumbuhan yang didominasi asset bubble maka peluang IHSG ke 3000 sangat kecil. Sebaliknya jika kita berharap bahwa IHSG akan menyentuh 3000, bersiaplah untuk melihat kenaikan suku bunga di akhir semester kedua 2010.
Bank Indonesia ‘Confident’ Will Meet Inflation Target (Update1) - Bloomberg.com

Bila China dan Indonesia mampu dan yakin mengatasi dan mengantisipasi gejolak ekonomi dan keuangan yang ada (dan demikian pula di negara tetangga lainnya), apakah laporan World Bank yang menekankan risiko asset bubble di Asia tinggi sebagai pesan utama dapat dikatakan akurat? Semoga World Bank tidak menjadi menara gading yang membuat laporan analisis yang kemudian usang dalam waktu singkat.

Terakhir, sebagai pemanis LINKS kali ini sengaja saya tampilkan tiga emiten besar di sektor perbankan BBCA, BBRI dan BMRI. Data di Reuters untuk BBNI tidak update dan ini menandakan bahwa BBNI belum dapat diperhitungkan setara dengan ketiga emiten tersebut. Data BBTN belum ada karena merupakan emiten baru. Coba perhatikan rekomendasi yang masih didominasi oleh BUY dan HOLD.
Analysts: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA.JK)
Analysts: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI.JK)
Analysts: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI.JK)


Selamat menikmati.

Published 24 Jan 2010

No comments: