Monday, September 19, 2011

Langkah Gontai Sang Paman: Antara Hutang Negara dan Wall Street - Part 1


Siapapun pasti merasa lega dengan kinerja pasar saham di Wall Street yang dalam minggu terakhir terlihat membaik. Semua pasti berharap bahwa kondisi ini bisa membawa angin segar dan optimisme bagi pasar global dan juga ke bursa Indonesia.

Tapi apakah benar harapan akan membaiknya pasar di Wall Street akan terjadi dalam jangka panjang? Apakah benar membaiknya kinerja Wall Street terjadi sebagai dampak positif pemulihan ekonomi di Amerika Serikat? Apakah benar kenaikan indek Dow bukan sekedar bentuk classic bounce in a long-term bear market?.

Untuk menjawab ini, mari kita lihat beberapa catatan penting ekonomi dan keuangan US di 2011, sambil dibandingkan dengan kinerja indeks Dow di saat yang sama. Saya akan bagi penjelasan ini dalam beberapa episode kecil agar mudah dipelajari dan dipahami. Untuk melihat gambar secara jelas, click kanan pada gambar dan buka di tab yang baru.


Episode 1: 2 January - 16 Maret
Tidak ada yang istimewa pada awal pembukaan pasar Wall Street di 2011, indeks Dow masih terus meningkat dan baru terjadi penurunan yang signifikan di akhir minggu kedua Maret. Mengapa terjadi penurunan pada saat tersebut?

Pada Jumat, 11 Maret, terjadi gempa bumi dan tsunami dahsyat di Jepang. Sehingga Senin 14 Maret, hampir semua bursa di dunia mengalami kepanikan karena kekhawatiran akan ekonomi Jepang terhadap pasar keuangan di Jepang dan di tingkat global. Inilah pemicu utama terjadinya penurunan pada 14-16 Maret di Wall Street.
Tokyo Falls 6.2%; Other Asian Markets Mixed
FOMC Statement: "Economic recovery is on a firmer footing"

Episode 2: 17 Maret - 5 Mei  
Dalam kurun waktu ini, indeks Dow mencapai titik tertinggi di 29 April yaitu 12.810,54. Indeks ini masih di bawah indeks tertinggi yang pernah dicapai di 1 Oktober 2007 yaitu 14.066.01. Masih cukup jauh.

Tidak ada yang istimewa selama periode ini. Hanya saja kritik dan argumentasi mengenai hutang negara (sovereign debt) di US mulai semakin sering terdengar. Ini sejalan dengan dimulainya pembicaraan antara partai Republik dan White House mengenai status hutang negara.

Episode 3: 6 Mei - 21 Juli
Secara teknikal, sebenarnya di bulan Mei hutang negara US telah mencapai batas atas (debt ceiling) yang diperbolehkan oleh UU. Jika batas atas ini tidak dinaikkan maka diperkirakan akan terjadi gagal bayar dalam waktu dekat.

Kongres dalam hal ini masih menentang penambahan batas atas hutang negara karena kekhawatiran akan risiko gagal yang akan muncul di masa yang akan datang. Negosiasi antara White House dengan partai Republikpun terus berlangsung. Pasar yang melihat ketidakpastian ini mengantisipasi dengan mengurangi posisi investasi yang berakibat dengan turunnya indeks Dow hingga ke 11.897,27 di 15 Juni.

Di 6 Juli, Obama memberikan pernyataan penting di Twitter Town Hall mengenai dua hal. Pertama bahwa jika batas atas hutang negara tidak dirubah maka US Treasury akan kehabisan dana. Kedua bahwa berdasarkan konstitusi, Kongres tidak berhak untuk tidak menyetujui Treasury melakukan pembayaran hutang.

Pernyataan ini menjadi sinyal pada pasar bahwa White House dan Kongres mendekati kesepakatan untuk meningkatkan batas hutang negara. Optimisme pasar meningkat dan indeks Dow akhirnya kembali naik ke 12.724,41 di 21 Juli.


Episode 4: 22 Juli - Sekarang

Namun demikian perbedaan pandangan antara sebagian besar anggota Kongres dan pemerintah US dalam menyikapi kenaikan batas hutang negara semakin terlihat oleh publik. Pelaku pasar di Wall Street melihat bahwa tenggat waktu kemungkinan terjadi gagal bayar sudah terlalu dekat. Sehingga koreksi pasar secara signifikan tidak dapat dihindari. Salah satu penyebab adanya koreksi ini adalah kemungkinan Standar & Poor's akan melakukan down grading terhadap rating hutang negara US.

Pada 31 Juli, ada kesepakatan akan penyelesaian masalah kenaikan batas atas hutang negara antara Kongres dan pemerintah US. Di 2 Agustus Obama menandatangani naskah yang menaikkan batas hutang negara kemudian disahkan menjadi bagian UU yang dikenal dengan nama Budget Control Act of 2011. Koreksi signifikan tetap terus berlangsung. 5 Agustus, Standard & Poor's memberikan pernyataan resmi mengenai penurunan rating hutang negara US.

Sejak kejadian tersebut hingga saat ini, indeks Dow mengalami turbulensi panjang disertai ketidak pastian kapan krisis akan berakhir.

Catatan Penting dari Part 1:

Per 9 September 2011, total hutang sejumlah 14,71 triliun US dollar (98% dari GDP US) dimana 10,07 trilliun dipegang oleh publik (termasuk didalamnya 4.7 trilliun oleh negara lain) dan sisanya oleh beberapa institusi lain dari pemerintah US.

Secara teoritis kondisi anggaran defisit yang terus menerus akan sangat mempersulit pemerintah US melakukan pembayaran hutang negara. Bahkan untuk membayar bunga hutang saja diperlukan keajaiban di dalam pertumbuhan ekonomi US.

Saat ini pelaku pasar di Wall Street tidak khawatir akan status hutang dan credit rating hutang negara. Namun issue ini akan kembali menghantui Wall Street di saat pembahasan anggaran 2012 dan 2013.

Ini dengan catatan bahwa tidak ada issue lain yang membuat pasar di US kembali menukik. Faktanya masih ada berbagai variabel penting yang mungkin akan membuat pelaku pasar bereaksi negatif.

Pembahasan selanjutnya akan ada di Langkah Gontai Sang Paman: Part 2. Ikuti twitter saya untuk update terkini di @SocratesRudySir.
.
Salam sejahtera dan tetap semangat.







No comments: