Sunday, November 16, 2008

Seberapa Kuat Indeks BEI Dapat Mendaki?

Setelah membaca berbagai artikel hangat mengenai carut marut pasar keuangan global, akhirnya saya kembali bertanya dimanakah posisi indeks BEI dibandingkan dengan posisi indeks bursa utama di US dan di Asia? Dengan menggunakan data dari Yahoo Finance maka terciptalah grafik di bawah ini yang menggambarkan posisi indeks Dow, BEI, Hang Seng, Nikkei, Singapore dan Shanghai. Patokan yang digunakan adalah posisi awal tahun 2008 sampai dengan 14 November 2008.

Cukup mengejutkan melihat hasil dari grafik tersebut karena penurunan indeks DJI hanya sekitar 35% masih lebih rendah dibandingkan rata2 bursa di Asia yang turun berkisar dari 45% sampai dengan 62%. Indeks BEI sendiri turun mendekati 55% atau peringkat kedua dari bawah. Padahal kita semua tahu bahwa goncangan terhebat justru terjadi di pasar keuangan US sedangkan di Asia boleh dikatakan hanya terkena imbas dari goncangan tersebut.

Jadi faktor2 apa saja yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut? Faktor utama yang paling jelas terlihat adalah bubble. Harga saham yang telah terbang terlalu tinggi, terus mengalami penurunan mendekati nilai fundamental dari saham tersebut. Sehingga terlihat indeks BEI dan indeks SSEC (Shanghai) mengalami depresiasi terbesar berbanding lainnya.

Berikutnya adalah peran investasi asing di setiap bursa. Bila dilihat aliran dana asing per 2008 seperti saya katakan di postingan terdahulu, Indonesia masih memiliki aliran dana asing bersih positif sedangkan negara Asia lainnya sudah mengalami aliran dana asing bersih negatif. Kemerosotan indeks bursa Asia melebihi indeks DJI merefleksikan bahwa peran dan posisi investasi asing di berbagai bursa di Asia cukup dominan. Terlebih lagi di Indonesia dimana pada posisi aliran dana asing bersih masih positif, penurunan indeks telah diatas 50%.

Saya belum sempat melakukan riset secara mendalam tentang aliran dana asing di Indonesia. Hanya saja dari data tersebut, kemungkinan terdekat mengenai aliran dana asing positif tersebut berasal dari foreign direct investment dan mungkin saja aliran dana asing hanya di pasar saham telah negatif dengan kadar yang setara dengan bursa di Asia lainnya.

Sedikit berandai andai (dan terdapat kemungkinan kekeliruan) maka dugaan saya adalah besar perbedaan indeks DJI dan indeks bursa Asia diatas adalah maksimum kenaikan yang dapat terjadi dalam kurun waktu dimana aliran dana asing bersih ke pasar saham adalah nol. Dengan kata lain, tanpa adanya injeksi dana asing ke BEI maka potensi terbaik kenaikan indeks BEI adalah sekitar 20% dari indeks saat ini atau sekitar 1500. Tentu saja dengan catatan bahwa kondisi pasar keuangan global mengalami pemulihan secara berangsur. Ini juga dapat diartikan bila kondisi pasar global belum stabil maka indeks BEI akan bergerak datar pada range yang relatif sempit.

Dalam kondisi tersebut maka instrument investasi yang harus dihindari adalah reksa dana. Pada kondisi tersebut pula, peluang terbaik terdapat pada segelintir saham dengan aspek fundamental yang kuat dimana daytrading dengan memanfaatkan momentum berita dan gairah pasar berpotensi menghasilkan keuntungan kecil tetapi dalam frekuensi terjadi yang cukup banyak.

Semoga bermanfaat.

2 comments:

Anonymous said...

Komposisi indeks2 tsb juga sangat menentukan relative performance YTD. Awal tahun BUMI masih komponen terbesar IDX, sekarang weightingnya sudah kecil mengikuti kolapsnya harga batubara (dan karena skandal internal + panic selling oleh reksadana2). Sama dg Topix/Nikkei, dimana komponen2 utamanya adalah exporters seperti Toyota, Canon, Sony, Honda yg bisnisnya sangat bergantung pada ekonomi US/dunia. (DP)

omchris said...

Kalau nggak salah sih, investornya juga yang "panik playing" bikin tambah runyam...