Saturday, June 23, 2007

ASEAN Bond antara mimpi dan kenyataan

Tulisan lama di Surat Pembaca TempoInteraktif.com (2004)
Questioning about regional bond, it's been more than three years since I wrote this and ASEAN regional bond still on discussion paper.

Regional Bond adalah salah satu alternatif terbaik untuk pembiayaan jangka panjang dengan bunga rendah. ASEAN bond sebenarnya merupakan ide lama yang muncul seiring dengan financial crisis di tahun 1997. Ide ini bagus dalam konsep namun sangat sulit untuk diterapkan di kawasan ASEAN.

Hambatan yang pertama adalah perbedaan stabilitas perekonomian (dan politik) dan sistem mata uang antar anggota ASEAN.

Indonesia bisa dikatakan menggunakan free float currency regime yang sesekali tetap diintervensi oleh Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai tukar. Sementara Malaysia masih mempertahankan pegging system terhadap USD.

Filipina saat ini mengalami krisis keuangan yang relatif akut, dimana stabilitas mata uangnya diragukan dalam jangka panjang.

Myanmar dengan kondisi politik dalam negeri yang labil akan sangat sulit untuk diharapkan memberikan kontribusi terhadap stabilisasi ASEAN bond.

Vietnam dengan tingat pertumbuhan investasi asing yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir, bukan tidak mungkin mengalami overheated dalam waktu dekat.

Kondisi paling ideal dari ASEAN bond adalah dengan menggunakan currency basket, dimana harus ada dominasi dari mata uang terkuat dari negara peserta.
Dari kondisi bank sentral, pasar modal dan currency system dari masing2 negara ASEAN saat ini, maka currency basket merupakan ide yang masih mentah dan jauh dari kemungkinan penerapan.

Kemungkinan kedua adalah dengan menggunakan USD sebagai currency resmi dari ASEAN bond. Inipun berarti bahwa stabilitas nilai ASEAN bond akan tergantung dari stabilitas USD. Agak mustahil dilakukan bila beberapa negara anggota tidak memiliki sistem mata uang yang relatif sama.

Masalah lain yang penting adalah ASEAN bond tidak bisa disebar di beberapa pasar modal di negara ASEAN tanpa aturan yang jelas dan ketat. Perlu adanya satu tempat khusus yang menjadi tempat jual beli sekunder dari ASEAN bond. Saat ini hanya Singapore dan Malaysia yang bisa dikatakan layak untuk dijadikan pusat penjualan obligasi.

ASEAN bond baru bisa berjalan kalau setiap negara anggota memiliki pasar modal yang stabil khususnya pasar fixed income yang aktif dan likuid.

Indonesia sendiri, pasar fixed income hanya didominasi dengan instrumen yang itu2 saja yang kebanyakan berasal dari pemerintah.

Terakhir, perlu komite khusus untuk menangani ASEAN bond dan ini akan sangat sulit karena kebijakan ASEAN bond akan menyangkut kebijakan mata uang dan perekonomian masing2 anggota. Apakah ASEAN siap?
Apalagi bila terjadi kegagalan dalam proyek2 yang didanai ASEAN bond - siapa yang akan bertanggung jawab, negara? ASEAN? - tanpa dasar hukum yang definitif - saya ragu, investor besar akan mau menanamkan dananya di ASEAN bond. (Note: ini juga terkait dengan siapa yg pantas dan harus melakukan rating terhadap bond tersebut: apakah perating internasional yang sering tidak fair dalam penilaian bond2 di Asia atau perlu dibangun lembaga rating ASEAN?)

Saya pikir ide ini baru bisa terwujud paling cepat 3 sampai 5 tahun mendatang dengan catatan: ASEAN harus memikirkan kemungkinan regional currency.

Indonesia sendiri saat ini sebaiknya berpikir bagaimana mengaktifkan secondary bond market. Misalnya dengan menciptakan SPV spt di Thailand dan Cagamas seperti di Malaysia.

Sehingga konsep2 bagus seperti ASEAN bond tidak muncul di media hanya sebagai perayaan sesaat dan kemudian lenyap lagi ditelan waktu.

No comments: