Friday, October 3, 2008

Belanja Toxic Debt Senilai USD 700 Billion - Inikah Rekapitalisasi Pasar?

Kilas balik kejadian di sepuluh tahun yang lalu ketika pemerintah Indonesia melalui IBRA melakukan proses rekapitalisasi bank bank di Indonesia. Dari proses tersebut, 70 bank telah ditutup dan 13 dilakukan nasionalisasi melalui kepemilikan saham oleh pemerintah. Usaha tersebut telah menciptakan hutang negara dalam jumlah yang signifikan.

Saat ini, pemerintah US dalam usaha penyelamatan industri keuangan dan pasar modal berencana melakukan bailout senilai USD 700 billion hanya untuk membeli toxic debt - atau surat hutang yang bernilai jual jauh dari layak. Bedanya, rencana ini tidak disertai dengan pengambilalihan kepemilikan saham di institusi keuangan dimaksud.

Mari kita berandai andai sejenak dengan USD 700 billion yang bila dikonversi menjadi IDR maka akan membuat pusing dengan jumlah nol yang terlalu banyak. Sebelum kita mulai berandai maka sebaiknya jernihkan pikiran anda dan cobalah melakukan analisis secara rasional tanpa ada unsur emosional.

Baik, pertama, seandainya uang sejumlah USD 700 billion ini dialihkan fungsinya dari pembelian toxic debt menjadi suntikan untuk pembiayaan investasi di sektor riil seperti konstruksi highways, railways, pengeboran minyak, pembangunan pabrik, waduk ataupun infrastruktur lainnya - maka bisa dibayangkan berapa banyak akan terjadi lapangan pekerjaan baru, perputaran uang dan berjalannya roda ekonomi kembali. Tidak perlu dilakukan risiko investasi secara detail dan ketat karena cukup dibandingkan dengan rencana semula yaitu pembelian toxic debt yang tidak memiliki nilai jual (terutama dalam beberapa tahun ke depan). Tetapi mengapa ini bukan pilihan utama dari pemerintah US saat ini?

Kedua, bila USD 700 billion ini digunakan hanya untuk menyelamatkan beberapa institusi keuangan super besar yang well-connected dengan lingkungan politik di US - apakah ada kepastian bahwa industri keuangan di US akan terselamatkan? Saya sangat meragukan hal tersebut! Bila institusi keuangan besar saja sudah sempoyongan, dapat dipastikan banyak sekali institusi keuangan skala menengah dan kecil di US yang sudah sekarat menunggu kebangkrutan. Bagaimana dengan mereka - kapan giliran diselamatkan? Bila mereka bangkrut, siapa yang akan menjadi saluran distribusi dari institusi keuangan besar di US? Bagaimana mungkin sistem dapat kembali berjalan secara dua arah?

Ketiga, tidak ada jaminan bahwa suntikan USD 700 billion akan menyelamatkan ekonomi dan keuangan US. Seharusnya kejadian bailout Fannie Mae dan Freddie Mac sebesar USD 200 billion yang dinyatakan sebagai upaya mengembalikan kepercayaan pasar menjadi pelajaran penting bahwa pasar tidak bisa dikelabui dengan bailout bernilai sangat besar. Pasar (baca: publik) akan selalu kembali melihat ke sisi fundamental ekonomi dan kenyataan di sektor riil. Sehingga setelah suntikan USD 700 billion - bukan tidak mungkin ekonomi US akan semakin memburuk. Setelah itu berapa besar bailout yang diperlukan? USD 700 trillion?

Keempat, bila terjadi suntikan USD 700 billion maka akan ada negative impact terhadap kredibilitas mata uang USD - dimana apresiasi pasar terhadap USD akan semakin rendah. Ini akan menciptakan efek inflasi tinggi di perekonomian US dan ketidak stabilan nilai tukar USD terhadap mata uang lain di tingkat global. Apakah sedemikian mudahnya melakukan stabilisasi nilai tukar USD bila USD 700 billion digelontorkan begitu saja untuk membeli toxic debt? Saya tidak melihat adanya potensi putaran ekonomi dan multiplier effect dari dana tersebut. Bila rencana bailout berhasil maka negative impact dapat direduksi seminimal mungkin, tapi bila tidak berhasil maka dapat dibayangkan potensi kejatuhan nilai tukar USD di tingkat global.

Terakhir, resesi adalah penyakit kronis yang harus disembuhkan. Perlu usaha secara perlahan dan penuh kesabaran. Arogansi dan jalan pintas hanya akan menciptakan penyakit baru. Bila USD 700 billion telah menjadi harga seonggok toxic debt - mari kita lihat dalam waktu 6 bulan berikut. Adakah USD 700 billion menjadi penyelamat pasar keuangan dan ekonomi US atau hilang tak berbekas ditelan jaman.

12 comments:

Anonymous said...

Terus baiknya gimana donk?? Masa para petinggi amrik ilmu dan pengalamannya kalah dengan pak Sirait?

Socrates Rudy Sirait, PhD said...

Banyak jalan menuju roma.. beberapa blog dari global economist memuat alternatif yg dpt ditempuh diluar bailout tsb.

Yg kontra bailout pd sessi pertama kan 228 berbanding 205, jadi tidak sedikit yg berpendapat spt saya :)

Thanks atas kunjungan dan komentarnya

Anonymous said...

Mungkin alasan bailout itu karena mencegah unemployment yang makin meluas. Bayangin misalkan Bank BCA, MAndiri kalau bangkrut, ada berapa puluh ribu karyawan yg akan nganggur. Dan tentu efeknya juga ke Supplier-supplier yang menyuplai ke bank sana. Pasti akan terpengaruh karena kekurangan order atau bisa juga ikut gulungan tikar karena kekurangan order sebesar bank itu. Jadi kalau bangun infrastructure seperti yg anda katakan di blog, pengaruhnya tidak sebesar bangkrutnya bank2 besar disana. Lagian infrastructure disana udah bagus, gak seperti di Indo banyak yg perlu dibenahi. Selain itu bailout ini bisa dijadikan step pertama. Artinya STOP dulu penyebab utama yang menyebabkan luasnya pengangguran. Setelah itu step-step berikutnya baru ciptakan lowongan kerja.

Anonymous said...

sebetulnya siapa sih yang mau beli toxic assets ? jadi mungkin bailout adalah satu-satunya solusi terbaik saat ini. Semoga saja rencana ini bisa berhasil.

Anonymous said...

Menurut saya analisis pak Sirait bahwa Bailout tidak berguna kurang kuat. Tulisan bapak diatas lebih banyak mengaminkan pendapat-pendapat yang menolak tanpa menawarkan nalar yg berarti.

Apakah bapak tahu anatomy dari bailout ini? Bailout atau rescue ini merupakan suatu paket yang terdiri dari berbagai komponen. Coba tolong dirinci komponen2 tersebut dan diterangkan kenapa komponen tsb "doom to failure".

Ada pendapat yang menarik dari BBC: "Bailout atau package ini tidak akan menjadi obat manjur kilat, akan tetapi yang jelas kerusakan yang diakibatkan jika tidak dilakukan bailout package ini jauh lebih besar.

Mengenai "mari kita lihat ke 6 bulan mendatang....." Dengan analisis yang tidak spesifik seperti yg pak sirait sampaikan saat ini, akan sangat mudah untuk me-relate atau menghubung-hubungkan kelak untuk mengklaim "see I told you so..." You know why? Coz this shit ain't go away in six months.

Oh ya... argument bahwa ada 228 congressmen yg sependapat dengan Pak Sirait, kok naive ya, yah seperti mengamini saja. Perlu diketahui, 228 orang itu bukan economist, mereka hanya anggota DPR (house of reps) nya amerika, yang mungkin tidak jauh lebih pintar (dalam hal ilmu ekonomi) dari pak Sirait.

Think about this pak, $700 billion + tax credit + new accounting treatment bukanlah hal yg sepele. Saya yakin lusinan PhD dan economist unggulan Amerika, yg have better access to many resources than us, terlibat dalam penyusunannya. Obama mendukung, McCain mendukung and the idiot GWB juga mendukung.

nyarisgantenk said...

menurut saya, itu merupakan konsekuensi terbaik yang harus diambil. bukan amerika saja yg membeli toxic assets, inggris, belgia dll jg tlah membeli toxic assets dr perusahaan2 mereka yg terkena imbasnya. saya yakin, mreka bukan hanya berpikir makro tetapi jg sdh menganalisis hingga mikro dan bad-debt hingga $ 700 billion.let's get it on...

Anonymous said...

Waduh tadi salah room buat comment lae Sirait, terlalu dikit space-nya hehe...Kalo dilihat kasus amerika saat ini yang mirip great depresion 1929-1932, sepertinya pemerintah saat ini mau mengadopsi prinsip dari Keynes yang manjur saat itu, dimana justru diperlukan kucuran kredit lebih ekspansif lagi karena masyarakat tidak punya uang untuk berkonsumsi. Orang2 pada nabung di bank (deposito) tapi si bank gak mau ngucurin kredit ke sektor riil. Prinsip sederhananya tabungan lebih besar dari investasi--> ekonomi doom, investasi lebih besar dari tabungan--> boom ekonomi (positif). Dana cadangan dibiarkan tidak seimbang karena untuk terus berekspansi memberikan kredit, tapi bukan sembarang kasih kredit ya, tapi tetap hati2. Biarkan suku bunga tetap rendah untuk menjamin kegiatan ekonomi. Jaga kurs mata uang supaya tetap terkendali sambil melakukan intervensi yang diperlukan sampai ekonomi berjalan normal lagi. Intinya ekonomi gak bisa jalan kalau masyarakat gak punya uang. Pabrik gak bisa produksi alias buat apa kalo masyarakat gak punya uang gimana mau dibeli. The best thing nowdays, pemerintah/regulator US kudu lebih deket mantau ke market ngawasin kelakuan spekulator jahat yang manfaatin moment krisis ini. Saham adalah produk jangka panjang idealnya. Ekonomi kapitalis tidaklah pernah stabil, jadi pas dia lagi resesi jangan terlalu panik, toh market sendiri akan memperbaikinya tapi tentu bantuan regulator pemerintah sebagai supervisor perekonomian.

Tigor Nael

Anonymous said...

Komentar bang Tigor lebih masuk akal bagi saya yg gak awam-awam banget.

Socrates Rudy Sirait, PhD said...

Thanks buat teman2 atas komentarnya..
Sebagian sudah saya jawab di artikel Toxic Debt, Collective Error dan Bailout Plan.

@ Pengamat
Saya tidak melakukan analisis dengan mengatakan melihat 6 bulan ke depan. Secara umum 6 bulan adalah waktu tersingkat utk melihat efek satu kebijakan makro terhadap performa perush di level mikro - biasanya dengan melihat report dari first half 1H atau second half 2H.

Mengenai 228:205 itu cuma cara sederhana utk melihat posisi paket ini di mata wakil publik. Saya kurang sependapat bila diasumsikan bahwa anggota kongres diragukan kemampuan analisisnya karena di US umum sekali anggota congress memiliki/disupport oleh tim analis/ekonom. Sama halnya dengan di Jepang tapi memang tidak demikian halnya dengan Indonesia :)

@ Tigor
Setuju bahwa memang pengawasan merupakan kunci utama untuk menjaga mekanisme pasar berjalan di dalam track yg seharusnya.

Unknown said...

Dear om Rudy,

Tulisan menarik, tetapi kok ada usulan aneh :
"seandainya uang sejumlah USD 700 billion ini dialihkan fungsinya dari pembelian toxic debt menjadi suntikan untuk pembiayaan investasi di sektor riil seperti konstruksi highways, railways, pengeboran minyak, pembangunan pabrik, waduk ataupun infrastruktur lainnya - maka bisa dibayangkan berapa banyak akan terjadi lapangan pekerjaan baru, perputaran uang dan berjalannya roda ekonomi kembali."
Rasanya masalah terbesar di US bukanlah GDP contraction yang perlu stimulus di sisi demand.
Yang terjadi di Us sekarang adalah krisis credit market.
GDP contraction akan menjadi efek dari krisis credit market. Mungkin di Q1 atau Q2 2009.
Krisis credit market terjadi karena ketidakpercayaan sesamaa institusi keuangan.
Kenapa tidak percaya. Karena curiga sama balance sheet institusi keuangan peminjam, yang masih menyimpan sekitar 1.5 - 4 trilyun dolar collateral damage.
Institusi keuangan baru mengumumkan write off sekitar 500 an billion bad debt.
Sedangkan total collateral damage ada yang bilang 2 trilyun (misalnya Roubini), ada yg bilang 5 trilyun (Jim Rogers), ada yng bilang cuma 1.5 trilyun (IMF),
Tetapi semua tau bahwa lebih banyak lagi yang masih tersimpan di balance sheet.
Karena write off akan masih dilakukan ke depan, maka akan terjadi efek domino deleveraging.
Bayangkan dengan rasio leverage sekitar 1:20 -1:30, maka setiap write off 1 billion, mereka harus sell aset sejumlah 20-30 billion.
Jadi kayak kena margin call aja nih perushaan keuangan dunia.
Gak heran kalau indeks bursa seluruh dunia pada hancur.

Nah untuk meningkatkan kepercayaan antara institusi keuangan, US Gov berusahan untuk membersihkan balance sheet tadi.
Yang tentunya diprotes karena mengorbankan tax payer money.
Terus kalau kita baca komentar para ahli, ada issue masalah pricing dari CDO tadi.
Bagaimana cara US treasury mem-pricing CDO yang akan dibeli. Mereka pasti dikadali oleh banking yag tentunya lebih tau mana aset bagus, mana aset busuk.

Dengan alasan yang sama ,saya kira kenapa Hank Paulson tidak memilih untuk mengambil alih equity dari financial company.
Karena root of problemnya ada di credit market.

Socrates Rudy Sirait, PhD said...

Hallo mas Gerus...
Rasanya pertanyaannya seputar bailout plan sudah terjawab dgn fakta di pasar saham dunia Senin kemarin...

Anonymous said...

Pak Sirait, sy senang sekali dengan Blog anda...sy liat muasal dari krisis ini derivatif produk yg sudah terpisah jauh underlying transaksinya..dimana Asset buy di sekuritisasi yg disekuritasasi lagi sehingga terpisah dari value riel economicnya itulah yg menciptakan bubble...karna seorang George Soros saja sejak tahun 2000 telah mengingatkan buble tsb...Mungkin Pak Sirait bisa secara detil mengulasnya