Saturday, January 26, 2008

Bursa Efek Indonesia Tahan Banting?

Prestasi terbaik indeks BEI sampai dengan saat ini adalah pada penutupan transaksi di tanggal 9 January yang lalu yaitu 2830.26. Setelah itu indeks menukik tajam bersama bursa saham lainnya. Untung saja, dalam 2 hari terakhir di minggu lalu, indeks BEI rebound sampai dengan ditutup di 2620.49 sehingga banyak investor yang bisa sedikit lega dengan kondisi tersebut. Suatu kinerja bursa yang sangat luar biasa yang pada akhirnya membuat saya menjadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya membuat BEI terlihat seperti tahan banting terhadap krisis yang melanda bursa dunia.

Saya tidak bermaksud skeptikal maupun apriori dengan kinerja BEI, malah bila dimungkinkan indeks bisa naik setinggi mungkin. Hanya saja, seperti kata pepatah, makin tinggi tempatnya, makin sakit kalau jatuh. Sehingga yang diperlukan adalah suatu kenaikan atau pertumbuhan secara wajar dan solid secara fundamental. Bukan karena dipompa oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan tersendiri dan juga bukan karena investasi masyarakat yang terlalu berani dimana investasi dilakukan tanpa bekal informasi pasar dan pengetahuan yang cukup.

Sebagai gambaran, saya membandingkan posisi indeks beberapa bursa dunia dengan BEI dengan mengambil time frame dari 31 Desember 2007 sampai dengan 25 January 2008 - melihat berapa besar perubahan indeks dalam paruh waktu tersebut.

Dow dan Nasdaq
Opening indeks Dow per 31 Desember 13364.16 dan closing pada tanggal 25 January di 12207.17 atau terjadi penurunan sebesar 1156.99 atau minus 8.66%, sedangkan Nasdaq dalam periode yang sama turun dari 2663.78 menjadi 2326.2 atau minus 12.67%.
FTSE 100 dan DAX
Indeks di FTSE London pada opening per 31 January sebesar 6476.9 dan closing di 25 January pada 5869 atau turun sebesar 607.9 atau minus 9.39% sedangkan DAX Jerman turun 1229.31 atau minus 15.28% dari opening per 2 January 8045.97 menjadi 6816.74 per 25 January.

Bursa di Asia
Indeks Nikkei 225 pada opening per 4 January 15155.73 dan indeks pada closing 25 January sebesar 13629, 16 sehingga mengalami penurunan sebesar 1526.57 atau minus 10.07%. Sedangkan Hang Seng dari posisi opening 27437.94 per 31 Desember menjadi 25122.37 per 25 January, turun 2315.57 atau minus 8.44%. Demikian pula dengan Shanghai yang pada akhir 2007 dinobatkan sebagai bursa terbaik di Asia mengalami penurunan sebesar 547.27 atau minus 10.39% dari indeks pembukaan 2 January sebesar 5265.

Dari tujuh bursa di atas dimana 6 adalah bursa peringkat utama dunia dan 1 bursa terbaik Asia di 2007, semua mengalami penurunan antara 8.4% sampai dengan 15.2% - suatu penurunan yang cukup signifikan. Bisa dibayangkan berapa besar penurunan atau kerugian nilai bursa saham di dunia hanya dalam kurun waktu 3 minggu di awal 2008 ini.

Ini menandakan betapa seriusnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh US dan juga menandakan suatu keterkaitan yang sangat kuat di antara bursa saham. Dalam kata lain, distorsi ekonomi pada satu negara adidaya akan memberikan dampak negatif secara global. Gejala yang sama juga terlihat ketika permasalahan subprime loan pertama kali muncul di 2007, semua bursa global mengalami penurunan yang tajam walaupun kemudian pasar mengalami rebound dan stabil di akhir 2007.

Kemudian bagaimana dengan indeks BEI? Indeks dibuka pada 2739.59 per 2 January dan ditutup di 2620.49 per 25 January, terjadi penurunan sebesar 119.1 atau minus 4.35%. Betul sekali hanya turun sebesar 4.35%, itu sebabnya saya mempertanyakan apakah benar BEI tahan banting terhadap gejolak pasar di tingkat global atau ada faktor lain yang membuat BEI pada kesempatan (baca: gejolak) kali ini lolos dari penurunan yang drastis?

Menurut saya ada 2 faktor utama yang bisa membuat BEI hanya mengalami presentase penurunan indeks yang hanya separuh dibanding bursa2 utama.

Pertama, "over confidence" dari investor di BEI khususnya dari investor lokal. Dengan tumbuh diatas 50% di 2007, jelas banyak sekali kalangan masyarakat investasi di Indonesia yang diuntungkan baik dari perdagangan saham maupun dari kepemilikan mutual fund. Apalagi pada krisis subprime yang lalu indeks bisa bangkit dari 1800 menjadi di atas 2700 pada akhir 2007.

Kedua, minimnya pengetahuan kebanyakan investor lokal mengenai analisa fundamental dan technical sehingga banyak investor yang mengambil keputusan dengan dasar ikut arus dan berdasarkan informasi tidak akurat yang diterima dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan kali ini, investor optimis bursa pasti akan rebound tanpa memiliki dasar pengetahuan pasar yang cukup dan tanpa tahu akar permasalahan krisis yang terjadi.

Mengapa demikian?
Ada 2 faktor utama yang menyebabkan kontraksi negatif di bursa. Faktor eksternal yaitu pengaruh dari regional maupun global dan faktor internal yaitu pengaruh dari kondisi dalam negeri baik dari berbagai variabel seperti perekonomian, politik, bencana alam dan lainnya.

Secara makro, ekonomi Indonesia cukup sehat dengan pertumbuhan GDP sebesar 6% di 2007. Kondisi politik stabil dan tidak terdapat gejolak sosial yang bersifat nasional. Boleh dikatakan, hampir semua faktor berada dalam posisi yang kondusif untuk melakukan investasi. Sehingga, krisis kali ini secara dominan disebabkan oleh pengaruh global yang dipicu oleh kondisi perekonomian US yang tengah menuju resesi.

Oleh sebab itu, faktor terbesar yang berpengaruh tinggal tingkat kepercayaan investor terhadap prospek pasar khususnya untuk pasar di Eropa dan Asia. Pertanyaan saya, mengapa minat dan tingkat kepercayaan investor di bursa utama bisa turun jauh dibanding investor di BEI? Apakah karena BEI tahan banting?

Tidak. BEI tidaklah kebal terhadap krisis, karena kejadian jatuhnya BEI ke 1800 dari 2400 di tahun 2007 merupakan bukti kuat pengaruh global terhadap bursa di Indonesia. BEI juga tidak tahan banting terhadap krisis global. Mungkin lebih tepatnya, BEI lolos dari penurunan tajam karena beruntung punya investor yang "sangat percaya diri" dan mudah ikut arus.

Satu hal yang patut dipahami adalah potensi US menuju resesi sangat besar dan permasalahan subprime loan belum selesai. Usaha penanggulangan masalah tengah dilakukan oleh pemerintah US baik yang bersifat pencegahan terhadap memburuknya pasar seperti pemotongan suku bunga sebesar 75 point yang lalu. Peningkatan daya beli masyarakat melalui stimulus plan yang akan segera dilaksanakan. Namun demikian, ini tidak menjamin bahwa pasar di US akan sembuh dalam waktu dekat, sejarah telah membuktikan bahwa butuh waktu minimal 2 tahun untuk kembali kepada bullish market.

Kerugian akibat permasalahan subprime loan belum semua disampaikan ke publik, masih terdapat potensi kerugian yang signifikan yang dapat menggoncang bursa bila disampaikan ke publik. Tinggal masalah waktu.

Dalam kondisi tidak sehat, bursa di US akan bergejolak secara dinamis mengikuti situasi pasar riil. Bila bursa di US memburuk maka badai akan kembali datang ke bursa2 global termasuk BEI.

Investor yang terlalu percaya diri dan tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup akan terus terbuai untuk menanamkan dananya di bursa dengan berharap indeks BEI akan melesat seperti di 2007. Pada saat badai datang, impian tersebut akan buyar dan kerugian datang sebagai kenyataan.

Saya tetap berharap indeks BEI akan terus meningkat seiring dengan prestasi emiten dan tumbuhnya ekonomi nasional. Namun demikian saya juga mengingatkan bahwa pasar saham di 2008 tidak bisa seindah tahun lalu akibat potensi krisis di tingkat global dan akan menghangatnya kondisi politik Indonesia pada kampanye pemilihan Presiden di paruh kedua 2008.

Pesan saya, jadilah investor yang bijaksana dengan memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai. Jadilah investor saham bukan spekulator saham dan bukan penjudi saham.

4 comments:

Anonymous said...

Mungkin saja para Taipan2 Bisnis ini sudah sadar untuk memperkuat fundamental ekonomi terutama di bursa saham. Redaman terhadap transient pada bursa dunia, mungkin menghindari sedotan atau pelarian dana yang mengakibatkan rush negeri ini. Maksud saya menghindari dana sekejap seperti pada tahun 1998 di sedot oleh kecoa elektronik Soros dkk.

Anonymous said...

Analisa anda masuk akal, tapi indek akan naik terus. Anda salah

Tutut Handayani said...

Mas Rudi...

Maaf banget...saya lupa kasih kabar..kalau artikelnya sudah dimuat dalam bentuk berita singkat.....

aduh...saya sampai lupa karena dikejar deadline akhir tahun lalu dan awal tahun ini...

salam,
Tutut (SWA)

Anonymous said...

thanks ya infonya !!!

www.bisnistiket.co.id